Foto: RadarCNNnews.my.id | Informasi: Tim
Banten, RadarCNNnews.my.id – Rakernas perdana Persatuan Walisongo Indonesia (PWI) Laskar Sabilillah berlangsung megah di Pondok Pesantren Nahdatul Ulum, Kresek, Banten, pada 30 November hingga 1 Desember 2024. Acara ini menjadi momen bersejarah dengan pengamanan ketat terhadap tokoh-tokoh besar, termasuk K.H. Imaduddin Ustman dan Kyai Abbas.
Dalam pertemuan itu, pasukan elit Laskar Sabilillah, yang dibentuk sebagai garda perjuangan para kyai Nusantara, memaparkan misi utamanya: melindungi ulama di seluruh penjuru tanah air. Kehadiran mereka menjadi simbol perjuangan untuk menjaga tradisi dan sejarah Islam dari ancaman distorsi dan perpecahan.
Isu sensitif turut mewarnai Rakernas, salah satunya terkait nasab kaum Ba'alawi. K.H. Imaduddin Ustman mengemukakan tesisnya yang kontroversial, menyatakan bahwa kaum Ba'alawi bukan keturunan Rasulullah SAW. Pernyataan ini memicu diskusi hangat, namun tetap dalam suasana akademis dan konstruktif.
Jenderal (Purn) Dudung Abdurrahman, salah satu tamu kehormatan, turut memberikan tausiyah dan pembekalan. Dalam pidatonya, ia menyoroti ancaman perpecahan yang mengintai bangsa Indonesia. “Lihatlah negara-negara Timur Tengah seperti Lebanon, Suriah, Iran, Irak, Libya, dan Mesir. Mereka memiliki satu agama, Islam, tetapi tetap terpecah belah. Siapa sutradaranya?” tanyanya retoris. Spontan, peserta Rakernas menjawab, “Ba’alawi!” Seruan itu mencerminkan kekhawatiran bahwa pihak-pihak tertentu sengaja menciptakan konflik demi melemahkan persatuan umat.
Hadir pula Gus Sukoiri, pendiri Pondok Mburi Wong Bodho, Menganti, Gresik, yang kini menjabat Panglima Besar PWI Laskar Sabilillah. Dalam pesannya, ia menegaskan komitmen PWI untuk terus memperjuangkan pelurusan sejarah. “Kami tidak akan berhenti sampai perusak sejarah pergi dari negeri tercinta ini. PWI Laskar Sabilillah akan menjadi garda terdepan!” tegasnya dengan semangat.
Acara yang berlangsung meriah ini tidak hanya mengukuhkan PWI sebagai organisasi perjuangan, tetapi juga mempertegas posisi mereka dalam menjaga persatuan dan membentengi ulama dari berbagai ancaman. Rakernas ini menjadi momentum penting untuk membangun kebangkitan Islam yang bermartabat di Indonesia.(Red/Tim)
Editor: Moses JF